Senin, 09 Januari 2012

Rum Raisin Chocolate Ice Cream

"It's a big fat NO" Aku berteriak sekencangnya pada lina yang terus mengacungkan kue coklat yang dia makan.Jelas bukan karna aku gak suka, atau kenyang but its about chocolate cake! aku udah kehilangan 0.5kg berat badanku itupun karna aku selalu ketiduran dan melewatkan makan makan 2 hari ini. dan aku yakin akan naik lagi 2kg kalau aku tidak mulai menjalankan diet ketat dan membuat angka 65kg menjadi 55kg.
"Oh come one, one bite gak akan ngebuat kamu gemuk kayak gajah" lina mulai lagi menggunakan alasan itu untuk membuatku memakan sisa makanannya (Lina tipe wanita yang tidak suka membuang makanan, dia percaya itu akan membuatnya kehilangan keberuntungan)
"NO WAY!" aku menutup mulutku rapat-rapat
"Jangan menyiksa dirimu, orang gila mana yang menyebut kamu itu gendut?"
"Well, mantan pacarku menjuluki aku 'kantong beras', that make my life more worse setelah dia selingkuh dan mencampakkan aku."
"Hellow?? dia gak pantes untuk kamu kenang cin. He just such a jerk, Orang yang gak bisa menerima kekurangan pasangannya dan terus menuntut sebenernya bukan orang yang membutuhkan pasangan tapi butuh psikiater"
Lina dan aku tertawa terbahak
"Dan jelas, semua orang dikampus, dikantor dan bahkan seluruh keluargaku memberi aku julukkan yang bermacam, mereka pikir lucu dan imut"
"Dan yang kau rasakan cuma perasaan sakit, sakit dan sakit ya kan?! berhentilah berpura-pura kuat didepanku sherlen, aku bahkan tau warna kentutmu"
"Ya aku tau, aku cuma lelah terus diberi julukkan. aku ingin berubah lebih langsing"
"Just forget it, gimana kalau kamu malah jadi jelek karna kurus?"
"Gak akan, kalau aku kurus, aku pasti lebih cantik" ujarku sambil tersenyum lebar, dan aku sangat yakin kehidupanku akan sangat berubah, semua julukkan itu menghilang, semua pandangan sinis dan jijik menghilang dan semua cowok ganteng akan berdatangan padaku. Beside, Easy for her to say that lina seorang wanita yang cantik, tinggi dan langsing tentunya, semua cowok suka padanya. dan dia seorang model.
"Gak semua cowok cuma menilai cewek dari fisiknya doang" kata lina sambil memaksa dirinya menelan kue coklat

Ceramah yang sama selama bertahun-tahun dan beribu-ribu kali diucapkan lina, that make me sick. maksudku aku memang sangat ingin mempercayai kalimat klise itu tapi Hell, i can't live in a dream anymore. aku menderita didalam tubuh ini
"Eh eh liat si gio?"
"Hmmm.." aku tersenyum lebih lebar, gio cowok paling keren dan terganteng dikampus. Tentu aja semua cewek menggila dan mengejarnya, dia seorang model terkenal dan sifat dinginnya membuat pasukan cewek makin gila-gilaan dan guess what?
"BANTAL GULING!!!" Gio berlarian dan memelukku erat.
Yap, dia juga sahabatku. cuma sama aku dan lina sikapnya berubah 99 derajat. Sejak aku dengan sengaja melempar ice cream kemukanya dan memakinya karna membuat temanku yang lain sakit hati karna ditolak, dia jadi temanku dan lina. dia bilang dia suka orang yang gak fake. weird? i know.
"Jelek! aku gak bisa nafas tau" aku mendorongnya, Gio tertawa dan duduk disampingku
"Kenapa gak makan bagul? masih dengan rencana diet ketat?" ujarnya sambil mencuri garpu lina dan menyantap kue coklat lina.
"Yup, dan aku masih jauh dari goal" kataku sambil memukul lemak diperutku yang seakan mengganjal dibibir meja, buatku makin kesal.
"Halah, gini aja dah. Tar gak bisa jadi bantal guling lagi" gio memandangku sendu lalu mulai memasang muka serius "Jujur aja ya, cewek yang punya fisik kayak lina gak akan bisa buat aku jatuh cinta"
“Sialan..” lina mendepak kepala gio
Gio tertawa terbahak
Deg...
Jantungku seakan berhenti berdegub, aku tertegun sesaat lalu tertawa terbahak "Hahahaha... ya karna kamu homo. Gila, cewek secantik lina gak bisa buat kamu jatuh cinta, berarti cowok ganteng yang bisa buat kamu jatuh cinta" aku makin tertawa
Gio menggeleng pelan dan menatapku lagi "Nope, I fall in love with you, for real" gio menggengam tanganku
dan
lalu
........HAHAHAHAHAHA Gio tertawa terpingkal-pingkal.
Aku diam, gila apa yang aku pikirkan tadi? sinting.
"Dasar jelek, aku mo pulang ah"
"Mata kuliah kamu udah abis semua?" tanya gio
"Udah, aku harus cepat pulang. Aku capek banget, pengen tidur"
Gio berdiri dan menggandeng tanganku "Temenin aku beli buku dulu yuk trus nonton film"
"Yang bener aje bro, kamu gak punya pacar? atau temen cewek laen?" tanyaku kesal
"Temen cewek cuma lina, pacar untuk sementara ini cukup kamu aja dulu" Gio tersenyum jahil
"Whatever, asal ice cream aje ye"
"Katanya mo diet??" Gio tersenyum jahil
"Maybe not today, mood aku lagi bener-bener jelek hari ini... mungkin besok aja aku mulai dietnya hehe" aku terkekeh
"Okray cantik"
Cantik? Cuma gio yang terkadang memanggilku cantik, sexy dan bantal guling tentunya.
*  *  *
Dosen gak masuk hari ini, mungkin karna cuacanya memang sedang tak bersahabat. dia hanya meninggalkan catatan dipapan tulis ‘Rangkum dari halaman 58-71 dan beri kesimpulan
Tadinya suasana tenang, sunyi dan nyaman. tapi kemudian
"Dut, jangan ngalangi pandangan dong" teriak doni, kupingku sudah mulai budek pagi ini.
"Dut, jangan pura-pura gak denger dong dut" dan sesuai tradisi semua orang mulai tertawa girang.
"Kenapa gak kamu aja yang duduk didepan?" ujarku kesal
Tuk...
Doni melempar bola kertas kekepalaku..
“Pindah woi gendut…”
Tuk....
Dia melempar lagi...
“Gendutt….”
Tuk...
THAT'S IT! aku berdiri dan menghampiri doni "Jangan cari masalah ya!  aku diam bukan berarti aku takut tau!"
Doni berdiri dan mendorongku "Makanya bikin kempes dulu tuh badan, jangan ngerusak pemandangan"
"Gak tau diri banget sih sigendut" ujar Tara memandangku dengan sinis, diikuti oleh beberapa cewek lainnya.
"Udah gendut, jelek lagi. Aku heran kamu masih bisa bertahan hidup" entah dari mana suara itu tapi itu benar-benar memukul tepat dimukaku. Aku gak bisa berucap apa-apa, seakan tersedak ditenggorokkan.
"Bagul! Ada apa??" Gio masuk kekelasku dan langsung menghampiriku
"Gak apa-apa, gak penting. Kita keluar aja"
Gio menepis tanganku dan menghampiri doni "Kalian apain dia? kalian jangan ganggu dia!"
Semua orang diam dan memandangi gio
"Aku tidak suka pacarku diganggu!" Teriakkan gio kali ini benar-benar membuat suasana sunyi dan terdiam, semua mata terbelalak , termasuk aku. Aku tidak percaya gio mengatakan itu. Apa maksud gio mengatakan ini?
Aku bergegas menarik gio "Apa yang kamu ngapain sih? apa kamu udah gila?"
"Sudahlah, aku gak tahan lagi menyimpan rahasia ini lebih lama. Biar saja mereka tau.Kita keluar" Gio menarik tanganku, meninggalkan semua orang dengan mulut ternganga.

Dikantin kampus
"Hahahahahahaha" Lina tertawa terbahak mendengar ceritaku "Jadi sekarang dimana si Gio?"
"Ada pemotretan mendadak..."
"Kenapa kamu manyun gitu? baguskan kalo gio bilang gitu, semua temen-temen kamu jadi bisa memperlakukan kamu dengan hormat. dannn bukannya kamu emang naksir gio?"
"Iya, tapi non, ini cuma pura-pura doang. he is not really love me. dan itu bagian menyakitkannya, gimana kalo suatu saat dia menemukan cewek yang emang dia sukai, he dump me"
"hmmm...gimana kalo….."
“Nope!” aku segera memotong pernyataan lina yang pasti gak masuk akal “Jangan mulai dengan berandai-andai dan mulai membuat teory yang gak masuk akal.”
“Okey, aku kan Cuma membantu kamu untuk menyimpulkan sebuah teory kemungkinan yang terjadi” ujar lina membela diri dan mulai melahap kentang gorengnya “Itu aja kok, gak yang aneh-aneh”
“Aku tau kamu Cuma mau membantu but really, I don’t wanna start to dream again, not any more. BTW aku yakin semua penggemar gio akan segera membunuhku begitu berita ini tersebar” ujarku

Dan seperti dugaan ku, berita ini menyebar terlalu cepat, mungkin hanya selang beberapa puluh menit atau gak lebih dari 2 jam dan semua tatapan tajam itu menikam sekujur tubuhku, aku terus berjalan, berusaha mengidahkan semua suara berbisik dan aku yakin bukan membisikkan hal yang baik tentunya, dengan tatapan seseram itu, I don’t think so
“Bagul!!!” Gio merangkulku tiba-tiba
Aku menepis tangan gio kesal
“Sorry kalo tadi aku langsung pergi, tapi kan gak lebih dari 2 jam dan aku balik lagi neng”
Aku menatap gio heran “GIO! Yang bener aja, masa’ gak ngerti juga sih?! Aku gak tau apa yang kamu pikirin. Kenapa pake’ ngomong kalo aku pacar kamu. Gak masuk akal tau gak?!”
Kali ini Gio menatapku heran “Masalah apa?kok bisa gak masuk akal?”
“Masalahnya apa??” aku menggeleng kesal dan menatap gio kesal “Ini, ini masalahnya” ujarku sambil berusaha memperlihatkan masalah yang memang udah jelas, TUBUH GEMBROTKU, HELOWW??!!
“Jangan bilang gara-gara kamu pake baju warna pink makanya jadi masalah”
Aku menepak keningku kesal “JELEKK!!!” aku berteriak kesal
Gio tertawa terpingkal “Oh come on! It’s not a big deal, mamaku gendut dan aku sangat mencintai mamaku, kakak perempuanku juga lumayan gendut tapi suaminya tetap bersama dia jadi masalahnya apa?”
“Pertama, ya iyalah kamu sayang mama kamu, she is your mom. Kedua, kakak kamu udah punya dua anak dan dia hanya bertambah bobot tubuh beberapa kilo doing. Kalo aku bobot tubuhku lima kilo lebih berat dari kakak kamu. Aku kayak ibu-ibu yang udah punya anak 7 ”
Gio tersenyum dan memegang tanganku “Berhentilah merendahkan diri kamu, yang sebenarnya musuh nyata kamu adalah diri kamu sendiri, orang lain hanya ikut-ikut. Kamu terus menjudge diri kamu gendut, gak bisa ini dan itu, semua orang gak suka ngeliat kamu, kamu dibenci sana sini dan inilah hasilnya seseorang yang benci melihat dirinya sendiri, seseorang yang gak mau menerima dirinya sendiri dan kamu berharap orang lain gak memperlakukan kamu buruk? Kamu gak adil sama diri kamu sendiri. Kamu itu cantik, tapi kamu selalu menyangkal dengan alas an kamu gendut, liat queen latifah, liat oprah, liat moniqa mereka artis bertubuh gemuk dan jangan lupa penyanyi adele, tapi kamu liat, karna mereka mencintai dirinya sendiri, percaya diri dan yakin kalau gemuk bukan berarti gak bisa menunjukkan yang terbaik dari dalam diri. Kalau kamu mau berubah contoh mereka, yang membedakan kamu dan orang sukses adalah kamu gak melakukan apa yang orang sukses lakukan ”
Seorang gio bisa berfikir sedewasa ini?oh tuhan aku makin menyukainya.
“Sekarang kamu ngertikan?” Tanya gio
Aku mengangguk, aku gak mau melontarkan argument lain saat ini, bisa-bisa gio makin berkicau. Tapi ucapan gio kali ini memang benar, aku terus membuat alasan untuk diriku untuk enggak maju, aku mendorong diriku terlalu keras, aku benar-benar menyiksa batin ku sendiri.
“Dan sebenarnya aku memang ada tujuan lain mengatakan kamu pacar aku kesemua orang…” gio menggantungkan ucapannya dan menatapku lagi “Karnaaa… gak tau juga sih, mungkin aku kesal semua orangnya terus memperolok kamu Cuma karna kamu gendut, cewek-cewek disini Cuma memperhatikan fisik, bergosip, dan gossip lagi. Mungkin dengan begini mereka tau kalau fisik itu gak segalanya. Iya gak bantal guling?”
“Iye, lama-lama kesel juga ya dipanggil bantal guling”
Gio tertawa, aku suka melihat dia tertawa.

*   *   *

“Telat mulu’ sih?!” ujarku kesal
Gio hanya tersenyum “Maaf neng, biasaaa macet…”
“Macet mulu’ alesannya, kreatif dikit kek”
“Ciee marah nih ceritanya?? Aku traktir ice cream deh rum raisin chocolate kan?!”
Aku tersenyum “Yap, seperti biasa…”
“Come on, kita beli snack dulu sebelum masuk bioskop” ajak gio
Belum berjalan dan kami hampir menabrak seseorang
“Gio?” ujar pria setengah baya didepan kami
Gio menatapnya lama, tatapan kaget dan marah. Mimic muka gio saat ini sama seperti dia menghadapi orang asing
“Ayo, jalan” gio menarikku, dan tidak memperdulikan orang itu, kami berjalan melewatinya

Diruang tunggu bioskop, Kami memutuskan untuk duduk-duduk dulu, menunggu antrian loket yang masih panjang.
Dengan ragu-ragu aku akhirnya penasaran juga “Siapa orang tadi?”
Gio diam, dia menolehku lalu menarik nafas panjang
“Gak usah dijawab, hahaha… sok ikut campur banget ya… maaf. Lupain aja”
“Dia papaku”
“Hah?” aku terperangah, orang yang tadi papa gio? Papa nya? “Oh..” aku tak mau memperpanjang pembicaraan ini. Ini mungkin menyangkut masalah keluarganya dan aku dengan lancangnya bertanya “Kita mau nonton film apa ya?”
“Aku kira dia masih dieropa, buat apa dia balik lagi ndonesia?” ujar gio dengan nada kesal dan agak bergetar. Oh tuhan aku gak bermaksud membuka kenangan buruknya “Dia lebih mementingkan karirnya diatas segalanya, dan ya, dia lebih memilih pindah keeropa daripada disini bersama keluarganya. Demi apa? Kenaikan pangkat” gio menghembuskan nafasnya keras, seakan ingin mengeluarkan semua yang mengganjal dihatinya “Dan setelah 5 tahun dia kembali lagi?” gio menatapku “ dan kamu tau apa? Kemarin dia datang kerumah dan berharap diterima lagi, apa dia gak punya otak?” “Kenapa harus ketemu dia disini?! Bikin mood jelek!” ujar gio.
Aku yakin, dengan moodnya yang seperti ini. Gak akan mungkin nonton film dengan suasana yang menyenangkan. Gak bisa gini, kami harus ketempat lain
“Kita gak usah nonton aja deh. Mumpung tiketnya belum kebeli”
Gio bingung “Jadi kita mau kemana?”
“Entahlah, jalan-jalan atau minum kopi atau makan ice creaaammm?!?!”
“Ice cream lagi?”
“Emang kenapa?? Pokoknya kemanapun yang bisa buat kamu senyum lagi” aku menarik tangan gio dan bergegas pergi.
*   *   *
“Kemana aja kemaren, HP mati, kuliah jam 7 semalem gak masuk” lina sewot sejadinya.
“Kencan ama gio”
“Apa?” lina kaget “Trus trus…kemana aja??” Tanya lina makin semangat
“Kami jalan-jalan, maen game, ngopi dan makan ice cream” ujarku sambil mengingat kejadian kemarin.
“Gio? Makan ice cream? Gak mungkin…”
“Kenapa gak mungkin? dia emang makan ice cream sama aku ditaman”
“Dia benci ice cream neng..”
“Tau dari mana? Sok tau ah…”
“Yeee, itukan pernah dibahas dimajalah wanita dua minggu yang lalu”
Aneh, kemarin, dia enjoy aja makan ice cream bersama aku. Malah keliatan seneng banget ama ice cream vanilla-nya
“Diartikel itu dia bilang kalo rasa ice cream buat dia mau muntah, liat ice cream aja buat dia mual”
“Kenapa bisa begitu ya? Aneh banget”
“Jangan-jangan dia maksain diri buat makan ice cream supaya kamu gak kecewa”
Aku memutar bola mataku “Here we go again” lina mulai membuat teory lagi
“Hei, semua kemungkinan itu bisa aja terjadi loh”
“Iya-iya terserah kamu aja”
Bukan gak mau percaya dengan teory lina atau mencoba menyangkal. Tapi aku gak mau ngasih harapan kosong kediriku sendiri, karna kalau ternyata semua itu salah aku yang akan sangat terluka.

Jam 3 sore, Hari ini mata kuliah Visual Basic , mata kuliah yang paling aku suka.
Aku berjalan menuju lab computer dan duduk ditempatku, baru ada beberapa orang yang datang mungkin karna ini belum waktunya, masih ada waktu 15 menit lagi sebelum mata kuliah ini dimulai.
Aku menekan tombol enter dan terbuka sebuah data yang aneh,
Dear Jerica,
Bukan bermaksud membuat kamu tidak nyaman dengan sebuah pesan dariku ini,
Tapi sungguh aku tak bisa menahan lagi rasa yang tak kusadari terus tumbuh subur dihatiku…
Kamu Jerica,
Kamu perempuan yang selama ini mengganggu relung malamku
Kamu perempuan yang tak ingin aku lepaskan
Aku sungguh menyukai kamu…
Aku tak perduli apa kata mereka tentang kamu
Bagi aku, kamu gajah pink ku yang lucu
Aku hanya ingin kamu tau isi hatiku dan mau mengenalku lebih jauh
, with love D.W
Apa? Pesan cinta? D.W? siapa D.W?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar